Minggu, 23 Oktober 2011

Monumen Gunung Lengis

Peristiwa 10 November 1945, merupakan bukti bahwa rakyat Indonesia gigih mempertahankan
kemerdekaan yang telah diraih. Mereka tidak mau terbelenggu lagi oleh kekejaman penjajah. Kedatangan Sekutu ke tanah air bermaksud untuk melucuti tentara Jepang di Indonesia. Pelucutan ini terjadi karena Jepang mengalami kekalahan dalam perang Asia Timur Raya. Kedatangan Sekutu yang disertai dengan NICA membawa ketegangan antara rakyat Indonesia dengan Sekutu. Belanda lewat NICA berusaha untuk menjajah kembali Indonesia. Rakyat Indonesia berusaha menyelesaikan
ketegangan ini lewat jalur diplomasi. Namun perjanjian-perjanjian yang ditawarkan oleh Sekutu melalui meja perundingan selalu merugikan pihak RI. Sekutu tidak pernah konsisten dengan perjanjian yang telah disepakati. Hal ini yang menyebabkan
kekecewaan dan amarah bagi rakyat Indonesia, sehingga timbullah perlawanan rakyat Indonesia terhadap Sekutu. Salah satu puncak perlawanan tersebut adalah peristiwa 10 November 1945 yang kemudian hari dikenal dengan Hari Pahlawan. Gresik yang pada saat itu masuk dalam wilayah Kabupaten Surabaya, juga memiliki peran dalam peristiwa- peristiwa penting yang terjadi di Surabaya. BKR/ TKR Gresik banyak berpartisipasi dalam setiap pertempuran di Surabaya. Kota Surabaya yang telah berhasil dikuasai oleh Sekutu, menyebabkan para BKR/TKR Gresik mundur ke Kalianak. Hal ini dilakukan untuk mempertahankan pintu masuk ke Kota Gresik. Karena posisi mereka mendapat perlawanan dari Sekutu, akhirnya mereka mundur ke Greges sampai akhirnya mereka memilih bertahan di Romo-Kalisari. Sepuluh orang serdadu Sekutu dibantai oleh TKR dari Gresik bersama penduduk Desa Sememi tanggal 6 Desember 1945. Sekutu yang mengetahui hal ini, merasa terhina dan akhirnya merencanakan serangan balasan terhadap para BKR/TKR yang bertahan di Romo-Kalisari. Peristiwa pembantaian itulah yang menyulut Perang di Kali Tangi sampai Gunung Lengis. Sekutu mulai menyerang Romo-Kalisari dan serangan terus berlanjut ke Kali Tangi. Di wilayah Kali Tangi, kemudian merembet sampai Gunung Lengis inilah terjadi pertempuran antara pasukan Kompi II pimpinan Kapten Doelasim dilanjutkan oleh Kompi III III pimpinan Kapten Darmosoegondo melawan Sekutu. Pertempuran itu mengakibatkan banyak pejuang gugur dari Kompi III, karena ketika Pasukan Kompi III Kapten Darmosoegondo
bermaksud membantu pasukan Kompi II Kapten Doelasjim, ternyata Kompi II sudah mundur tanpa sepengetahuan Kompi III Kapten Darmosoegondo. Karena banyak prajurit yang gugur, maka para pejuang Gresik memutuskan mundur ke arah Barat menuju Bungah, Sidayu, dan Dukun. Kekalahan para pejuang Gresik dalam mempertahankan jalur pintu masuk ke Kota Gresik itu mengakibatkan Kota Gresik dikuasai dengan mudah oleh Sekutu pada tanggal 8 Desember 1945. Untuk mengenang pertempuran sengit antara wilayah Kali Tangi sampai Gunung Lengis itu, maka dibangunlah Monumen Perjuangan Gunung Lengis, tepatnya di Desa Segoromadu, Kecamatan Kebomas, Kabupaten Gresik.

Sumber:
http://www.psb-psma.org/content/blog/pertempuran-gunung-lengis-gresik-kesimpulan-makalah-juara-1-lomba-penulisan-sejarah-din

`°•.¸¸.•°` `°•.¸¸.•°` `°•.¸¸.•°```°•.¸¸.•°` `°•.¸¸.•°` `°•.¸¸.•°```°•.¸¸.•°` `°•.¸¸.•°` `°•.

Kondisi Monumen Gunung Lengis sangat memprihatinkan. Jalan setapak dan anak-anak tangga yang menuju monumen rusak parah.
Disekitarnya tumbuh dengan liarnya ilalang dan rerumputan yang tinggi menambah kesan tak terurusnya monumen ini.
Ironisnya, menurut penduduk sekitar, setiap malam minggu disana biasanya dijadikan para muda-mudi memadu kasih. Entah apa saja yang mereka lakukan.
Meski lokasinya dekat dengan jalan besar, namun banyak masyarakat Gresik yang tidak tahu keberadaannya.
Rencana pemda membangun stadion baru didaerah ini semoga tidak sampai merusak monumen ini.

BANGSA YANG BESAR ADALAH BANGSA YANG MENGHARGAI JASA-JASA PAHLAWANNYA

Minggu, 16 Oktober 2011

Menelusuri Klenteng Tri Dharma Kim Hin Kiong

#MentolBareng digagas si @avenzoar_ yang rencananya dimulai pukul 10 AM molor hingga pukul 11 AM gara-gara si do'i tersesat diantara kampung-kampung yang melintas dari Karang Turi sampai Semarangan. Itupun hanya diikuti 2 peserta lainnya, saya & @fiemailda. Sementara si @ryoretro & @chanchanty sedang berhalangan hadir.
Ternyata #MentolBareng hanyalah sebuah wacana, sebab di TKP kami hanya menyondok-nyodok rencana event 1st Anniversary @infoGRESIK "Blusukan Kota Tua" yang Insya Allah diselenggarakan tanggal 20 November 2011 mendatang.
Percakapan serius tapi santai pun dimulai.
Entah ada angin apa hingga kami pun berencana melanjutkan pertemuan ini untuk melakukan observasi 2 tempat yang rencananya menjadi rute Blusukan Kota Tua nanti.
Perjalanan kami dimulai dari Gedung DPRD Gresik. Dari hasil googling sampai sekarang saya belum menemukan sejarah Gedung ini.
Awal mulanya sih kami hanya mengambil gambar dari halaman luar. Namun seseorang menyarankan kami untuk menemui si penjaga yang tengah bersantai ria di teras gedung.
Akhirnya kami pun memberanikan diri untuk masuk ke teras.
Diteras gedung terpampang 4 lukisan Gresik tempoe doeloe. Meski kami cuma hanya bisa masuk diteras, tapi kami tidak menyia-nyiakan buat mengambil gambar lebih dekat gedung yang "KATANYA" milik rakyat ini.
Setelah melakukan pembicaraan dengan si penjaga, akhirnya kami disarankan untuk menemui bagian Rumah Tangga pada saat jam kerja untuk mengurus perizinan buat event besok. Siapa tahu kita bisa diizinkan untuk masuk hingga ke dalam.
Terus terang saya penasaran, kalau kamu?
Observasi kami lanjutkan di satu-satunya Klenteng di Gresik yang berada di perkampungan pecinan, meski kini hanya beberapa warga etnik keturunan chinnese yang tinggal disana.
Alhamdulillah, Bapak Sutanto, penjaga Klenteng Kim Hin Kiong sangat welcome dengan kedatangan kami. Klenteng Tri Dharma ini merupakan tempat peribadatan ajaran Tao, Konghucu, dan Buddhism.
Meski tidak tahu persis sejarah berdirinya Klenteng ini, namun beliau cukup memberi informasi tentang keberadaan Klenteng yang berumur sekitar 371 tahun ini.
Arsitek bangunan Klenteng dari dulu sampai sekarang tidak berubah. Beberapa arkeolog dari universitas Tarumanegara pernah meneliti dan berpendapat kalau genteng, kayu dan fondasi Klenteng berasal dari zaman Majapahit. Yang mengherankan, 4 tiang penyangga yang berada di teras Klenteng berdiri dengan hanya menempel atau tidak sampai terpendam ke dalam tanah. Sebuah Mahakarya yang menakjubkan.
Tiap tahunnya, pada tanggal 28 atau sanwee ji
pek, sekitar bulan Maret - April diadakan Peringatan
Sejit (hari jadi Klenteng). Ini dilakukan komunitas Tionghoa setempat dengan sejumlah ritual dan acara kesenian. Untuk tahun ini, peringatan sanwee ji
pek jatuh tanggal pada tanggal 23 Maret 2011 kemarin. Mulai tanggal 23 Maret pagelaran
wayang cina di gelar sampai
bulan juni 2011 dan untuk
pagelaran wayang kulit
dilaksanakan pada tanggal 23 April sampai 01 Mei 2011.
Oleh Pak Sutanto, kami selanjutnya diajak masuk ke dalam Klenteng. Di teras kami menjumpai altar persembahan yang ditujukan ke salah satu Dewa. Di bagian tengah bangunan utama yang merupakan bangunan asli Klenteng ada beberapa patung Dewa yang di atasnya terdapat tulisan kaligrafi yang mengandung filosofi. Matahari sebagai sumber kehidupan memberi energi kepada hewan dan tumbuh-tumbuhan, serta semua makhluk diatas bumi. Di dinding-dindingnya terdapat lukisan-lukisan mengenai cerita bangsa cina di masa lampau. Meski tidak original lagi, tapi tiap sentuhan pada lukisan dibuat semirip mungkin. Itu dikarenakan lukisan dinding yang asli sudah termakan usia.
Selanjutnya kami diajak masuk ke bangunan kedua yang merupakan bangunan baru karena dianggap bangunan utama sudah tidak muat.
Sebelumnya kami ditunjukkan dengan Lonceng asli dari Tiongkok yang sudah berumur ratusan tahun. hmmm.. tahun segitu di Tiongkok sudah ada besi cor, mungkin di Indonesia masih pakai kentongan. :)
Di bangunan kedua kami juga menjumpai beberapa patung Dewa. Dibagian rak-rak tersusun rapi tumpukan-tumpukan dupa. Sementara di dindingnya terdapat deretan foto-foto Klenteng di Nusantara.
Sebuah kelirumologi bila Klenteng diidentikkan dengan tempat yang seram, angker, atau malah dianggap tempat mencari pesugihan.
Tiap detail ornamen dan bagian pada Klenteng mengandung filosofi.
Mestinya kita harus belajar dari mereka untuk menghargai dan menghormati leluhur-leluhur kita. Karena sesungguhnya para Dewa hanyalah seorang manusia biasa yang bisa dikatakan dekat dengan Tuhan. Seperti pada Islam, ada Nabi dan Wali.

`°•.¸¸.•°` `°•.¸¸.•°` `°•.¸¸.•°``°``°•.¸¸.•`°•.

Senin, 03 Oktober 2011

ASPIRASI PUTIH dan KEBEBASAN

"Tak tertahan berdiam diri...sakit
Sementara jiwa meronta
Meratapi penat di kepala
Mulut terbungkam,tangan
terbelenggu, pikiran terisolasi Ingin
muntahkan
dan memuntahkan…
Kemukakan

Beri kami satu ruang
'Tuk katakan yang benar,
kuburkan yang salah
Biarkan kami tumpahkan
Aspirasi putih kami

S'makin banyak orang pilihan
Yang nyata-nyata s'makin
rakus
Bangun istana 'tuk dinastinya
Atas nama rakyat jelata

Tak tertahan Berdiam diri…
Meratapi

Disini harusnya ada ruang
dimana
tak ada pedang memotong
lidah
Bebas bicara tentang makna keadilan, pembagian kekuasaan,
kemunduran, partai-partai,
monopoli, kartel trus dan
sebagainya…"

`°•.¸¸.•°` `°•.¸¸.•°` `°•.¸¸.•°``°``°•.¸¸.•

Lagu Aspirasi Putih dari Dewa 19 ini masuk album ke 4 "Pandawa Lima" yang dirilis tahun 1997 dimana saat itu rezim orde baru Soeharto yang sedang berkuasa sangat memberi ruang sempit buat para seniman untuk berekspresi apalagi yang dianggap kritis terhadap pemerintah.

Setelah orde baru digulingkan, era reformasi membuka kran seluas-luasnya bagi semua orang untuk berekspresi. Demonstrasi yang dulunya diharamkan oleh pemerintah, kini semua orang diperbolehkan untuk bersuara dan berpendapat.
Entah apa karena reformasi ini juga muncul beberapa organisasi yang sedikit berbau radikal yang cukup meresahkan masyarakat. #NoMention

Lepas dari itu semua, media merupakan tempat yang cukup nyaman untuk berekspresi dan berpendapat.
Ini ditunjukkan dengan tingginya jumlah pengguna jejaring sosial di Indonesia
yang menjadi bukti kebebasan berekspresi dan
bersuara di negeri ini. Bisa dikatakan pengguna Facebook, Twitter dan sebangsanya
di Indonesia terbanyak
di dunia. Blogger-
blogger di Indonesia juga benar-benar merdeka dalam me­nyuarakan
pendapat, padangan, dan nilai-nilai yang mereka yakini.


KEBEBASAN ADALAH HAL PALING POTENSIAL UNTUK MELEPASKAN DIRI DARI SEGALA TEKANAN DAN TUNTUTAN.

Minggu, 02 Oktober 2011

Pencak Macan, Riwayatmu Kini

Seni merupakan hasil produk rasa, cipta, imajinasi, dan karya kreatifitas manusia yang dianugerahkan Tuhan Yang Maha Esa.
Seni sebagai bagian produk budaya manusia didalamnya terdapat gagasan, nilai dan norma atau perilaku yang menggambarkan suatu identitas atau kepribadian masyarakatnya, yang artinya seni mengandung filsafat.

Hari ini (2/10/2011), rombongan group twitter @infoGRESIK yang dikomandani @avenzoar_ dan sebagian crew²nya, @ryoretro @ddardianty @fiemailda dan saya mencoba untuk menilik lebih jauh tentang kebudayaan Gresik dengan menyambangi rumah seorang budayawan dan pemerhati kesenian Gresik bpk. Ucok yang bertempat di Jln. Sindujoyo 2/39 Gresik.

Di rumah pak Ucok kami langsung disodori copy'an Serat Sindujoyo yang berisi tembang-tembang macapat. Kata pak Ucok sih yang asliannya dipegang oleh juru kunci makam dalem yang terletak di Karangpoh.

Selain copy'an Serat Sindujoyo yang berisi tembang² macapat, kami juga diperkenalkan dengan kesenian Pencak Macan. Terus terang dari kami semua tak ada satu pun yang pernah menonton live Pencak Macan. Oleh pak Ucok, kami pun diputarkan video pementasan Pencak Macan yang dikemas dalam bentuk teather yang saat itu diperlombakan di kota Malang.
Sembari beliau menerangkan tentang filosofi Pencak Macan itu sendiri.

Seni Pencak macan ini menjadi tradisi arak-
arakan pengantin tradisional
masyarakat pesisir Lumpur
dan Kroman. Di daerah Lumpur dan Kroman sendiri sih hanya mempunyai 3 Group Pencak Macan, namun yang masih eksis sampai sekarang hanya 2 saja.
Tradisi pencak macan secara
filosofis mempunyai arti
sebagai pengingat tentang
lika-liku serta konflik
perjalanan yang akan dihadapi
pasangan pengantin sebagai suami-istri dalam menjalani
bahtera rumah
tangga.
Hal ini digambarkan dalam bentuk karakter macan, gendoruwo, monyet,
dan seorang ulama. Sebagai penghias, ada pula pembawa
ketopang, payung, pontang
lima, pembaca shalawat, serta
pembawa karbit atau obor (namun sekarang digantikan dengan kembang api).
Karakter macan
sendiri merupakan lambang seorang
laki-laki perkasa yang
punya sifat keras.Namun dia memiliki
sikap dan rasa tanggung jawab yang tinggi. Sementara
monyet menggambarkan
seorang perempuan lincah
walau cerewet, bawel,
dan suka aneh-aneh. Namun
dia mempunyai sikap rajin dalam mengurus rumah
tangga.
Di sisi lain, gendoruwo
melambangkan sifat haus dan
nafsu (setan).Artinya, dalam
perjalanan mengarungi
bahtera rumah tangga tidak dapat luput dari perselisihan atau
konflik. Hal itu dipicu hawa
nafsu akibat godaan setan.

Seni Pencak Macan ini tak hanya sebuah tontonan, namun juga mengandung banyak tuntunan.
Ketopang delapan lonjor dan
payung satu, yang ketopang-
nya terbuat dari sapu lidi
berjumlah 33, dihias kertas
merah putih, lalu ditancapkan ke buah pepaya serta ditaruh
di atas bambu dan dibawa
delapan orang.
Ketika banyak penonton,
salah satunya harus
diperebutkan penonton.
Pontang lima yang dibawa
lima putri berparas ayu
menggambarkan rukun Islam. Pontang lima terbuat dari
daun pisang dihiasi janur berisi
makanan ketan warna-warni
yang di tengahnya ada
contong daun pisang dan di
ujungnya ada kapas. Hal itu melambangkan aneka aliran
dan golongan dalam Islam. Namun, Islam tetap
mempunyai satu tujuan, yakni
Allah SWT. Hadrah dan
shalawat Nabi Muhammad
SAW merupakan syair pujian
kepada Allah dan rasulnya sebagai pengingat supaya
tetap punya keyakinan dan
keimanan. Posisi seniman
hadrah yang di depan
pengantin melambangkan
bahwa agama sebagai benteng dan tameng dalam
hidup berumah tangga. Lampu karbit atau obor
bermakna agar kedua
mempelai atau pengantin ikut
menerangi bumi dengan
menyiarkan Islam. Nah,
kekuatan dan dalamnya arti filosofis simbol dalam tradisi
pencak macan tersebut cukup
disayangkan jika hilang tanpa
jejak. Apalagi, dalam tradisi
pencak macan, setiap
gerakannya dibarengi bunyi-bunyian macapat, yang
kemudian dikenal dengan
Macapat Sindujoyo.

Karena itu cukup disayangkan bila kesenian-kesenian Gresik semacam Macapat Sindujoyo dan Pencak Macan ini harus tergerus oleh modernisasi zaman.
Pemerintah dan masyarakat khususnya generasi muda sepatutnya menyelamatkan warisan leluhur ini dari kepunahan agar anak cucu kita mengenal kebudayaan khas kota kelahiran nenek moyangnya itu.

sumber:
video via youtube.com
& google