Sabtu, 20 November 2010

Di Indonesia, Lagu-lagu Melawan Terorisme

Di Indonesia, Lagu-lagu Melawan Terorisme

Oleh Kyai Haji Abdurrahman Wahid dan C. Holland Taylor
Jum'at,7 Oktober 2005

Bom-bom bunuh diri di Pulau Bali tampak telah dilakukan oleh pemuda Muslim Indonesia yang diindoktrinasi dalam sebuah ideologi kebencian. Sekali lagi kultus mati membuktikan kemampuannya merekrut kaum fanatik yang tersesat dan menghasut mereka mengkhianati ajaran Islam yang sangat sakral atas nama Allan sendiri. Satu-satunya cara memutus lingkaran yang sangat berbahaya ini adalah dengan mendiskreditkan ideologi palsu yang melandasi dan memotivasi tindakan-tindakan brutal terorisme tersebut.

Salah seorang dari kami, Abdurrahman Wahid, adalah [mantan] presiden Indonesia ketika kekerasan tragis melanda daerah timur Ambon dan Maluku enam tahun lalu. Sebuah perselisihan yang tampak sepele antara seorang pengemudi bus beragama Kristen dan seorang penumpang Muslim pada awal 1999 tiba-tiba menyebabkan perang religius berdarah yang akhirnya merenggut 10.000 jiwa dan mengusir setengah juta Kristen dan juga Muslim dari rumah-rumah mereka. Kaum radikal dari seluruh Indonesia berkumpul untuk melancarkan jihad kepada umat Kristen, didukung oleh para jenderal Islam yang kuat dan banyak uang.

Kelompok terbesar seperti itu adalah Laskar Jihad (“Warriors of Jihad”), dipimpin oleh seorang Indonesia keturunan Arab, yang nenek moyangnya berasal dari propinsi yang sama dengan leluhur Osama bin Laden, Yaman. Jaffar Umar Thalib adalah veteran jihad Afghan dang mengenal Bin Laden secara pribadi. Didukung oleh para jenderal sangar yang dekat dengan rejim Suharto yang kejam, Thalib menyerukan ajakan jihad, dan ribuan pemuda Muslim berkumpul di bawah panji hijaunya untuk membantai umat Kristen Indonesia atas nama Tuhan.

Menikmati dukungan rahasia yang kuat demikian, Laskar Jihad benar-benar mendirikan sebuah kamp latihan militer tak kurang dari 60 mil dari ibu kota, Jakarta. Ketika polisi menggerebek kamp itu, Thalib dengan tepat menyatakan bahwa Laskar Jihad akan berlayar ke Ambon dan melancarkan jihad di sana. Saya (Wahid) memerintahkan para jenderal militer di Jawa Timur untuk mencegah mereka berlayar dan memerintahkan angkatan laut menghentikan mereka jika mereka berlayar. Saya juga memerintahkan Gubernur Jawa Timur menjaga pelabuhan dan mencegah Laskar Jihad merapat. Tapi perintah presiden ini diabaikan oleh militer yang menolak menerima kontrol sipil di Indonesia yang baru demokratis. Sebuah persekutuan tak suci para jihadis fundamentalis, para jenderal Islamis dan orang-orang yang dekat dengan keluarga Suharto memastikan bahwa ribuan Laskar Jihad menyerbu Ambon dan Maluku.

Begitu di sana, mereka menyebar di komunitas-komunitas Muslim dan melancarkan serangan yang mematikan kepada area-area Kristen yang bertetangga, membakar dan menodai banyak gereja; menghancurkan rumah-rumah; dan membantai ribuan laki-laki, wanita, dan anak-anak.

Semua orang Indonesia tahu apa yang terjadi. Itu merupakan berita siang malam. Laskar Jihad menjadi sebuah simbol dan tipikal untuk penderitaan yang ditimpakan pada daerah itu. Tujuan para pendukung rahasia Laskar Jihad – dan mereka yang di parlemen sendiri – adalah untuk menciptakan kekacauan dan hambatan reformasi yang mati-matian dibutuhkan agar terjadi dalam pemerintahan Indonesia. Mereka berhasil; proses reformasi terkubur.

Kemudian tiba bom bali pertama pada tahun 2002, dengan kaum radikal yang menghanguskan sebuah klub turis yang populer dan lebih 200 orang, kebanyakan turis asing. Sekalipun serangan itu pekerjaan kelompok ekstremis lain, Jamaah Islamiah, jelaslah bahwa militer – sekarang di tangan para jenderal “merah,” atau nasionalis, yang bersekutu dengan pengganti saya, Megawati Sukarnoputri – akan meruntuhkan semua kelompok ekstremis yang aktif. Segera setelah itu, Thalib menyatakan bahwa Laskar Jihad telah mencapai tujuannya, dan dia memanggil para petarungnya pulang ke Jawa. Ribuan petarung kembali ke kota-kota dan kampung-kampung Jawa menungu pangilan selanjutnya.

Salah seorang yang menyaksikan tragedi yang merata ini adalah seorang pemuda cerdas bernama Ahmad Dhani. Pemimpin rock band yang sangat populer Dewa, Dhani mulai menggunakan platform musiknya untuk mempengaruhi jutaan penggemarnya di Indonesia, Singapura, dan Malaysia untuk menolak gelombang ekstremisme religius.

Dalam merespon kekejaman Laskar Jihad, dan untuk mendiskreditkan seruan ideologi fundamentalis, Dhani menggubah album paling laris berjudul “Laskar Cinta” (“Warriors of Love”). Dirilis pada Nopember 2004, dengan cepat ia melesat ke puncak tangga lagu saat jutaan pemuda Indonesia menyambut pesan cinta, damai, dan toleransinya.

Ahmad Dhani dan para anggota Dewa lainnya memberi pemuda Indonesia sebuah pilihan tegas, dan mudah bagi mayoritas terbesar untuk memilih: Apakah kamu ingin mengikuti laskar jihad, atau laskar cinta? Sebagai respon, sejumlah besar kelompok radikal telah menuduh Dhani – yang merupakan sufi taat, atau Muslim berkecenderungan-tasawuf – sebagai kafir, seorang yang murtad (kata-kata yang menghasut tindak-kekerasan) dan agen Zionis. Mereka telah memaksanya ke pengadilan dengan tuduhan menodai Islam dan berusaha melarang penggunaan musiknya untuk mempromosikan sebuah interpretasi Islam yang bersifat spiritual dan progresif yang mengancam seruan ekstremisme mereka sendiri yang diilhami-Wahhabi.

Alih-alih diintimidasi, baru-baru ini Dhani malah mengumumkan rencananya ke pers Indonesia untuk meluncurkan “bom cerdas ideologis” lain – dalam bentuk sebuah lagu yang menggunakan nada wahyu dari al-Qur'an yang memnyatakan: "Kebenaran berdiam dalam hati mereka yang cinta dan tanpa kebencian; hati mereka yang benci… dikuasai oleh setan.”

Ahmad Dhani dan kelompoknya berada di garda depan konflik global, yang membela Islam dari para pembajaknya yang fanatik. Dalam sebuah dunia yang kerap sangat sering dicabik oleh kebencian dan kekerasan yang dilakukan atas nama agama, mereka berusaha menyelamatkan seluruh generasi dari para ekstremis yang didanai-Wahhabi yang tujuannya adalah untuk mengubah pemuda Muslim menjadi laskar jihad dan pembom bunuh diri. Bagi setiap pemuda Indonesia yang tergoda oleh ideologi kebencian dan fanatisme – termasuk mereka yang bertanggung jawab atas serangan-serangan terkini, sangat menyedihkan di Bali – tak terhitung yang menyaksikan kebohongan dan kebencian melalui website para ekstremis, tak sedikit berkat keberanian visioner orang-orang seperti Ahmad Dhani. Karena saat mereka mendengarkan musik Dewa, hati jutaan pemuda Indonesia telah diilhami untuk menyatakan: “Tidak pada laskar jihad! Ya pada laskar cinta!”[]

Kyai Haji Abdurrahman Wahid adalah mantan presiden Indonesia. Sejak tahun 1984-1999 dia memimpin Nahdlatul Ulama, organisasi Muslim terbesar di dunia, dengan hampir 40 juta anggota. C. Holland Taylor adalah Ketua dan CEO Libforall Foundation, sebuah organisasi nirlaba yang bekerja untuk mereduksi ekstremisme religius dan mendiskreditkan pengunaan terorisme. Dhani bekerja pada dewan pengurus LibForAll.

URL untuk artikel ini:
http://www.washingtonpost.com/wp-dyn/con...01559.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar