Kamis, 11 Agustus 2011

Tradisi Kolak Ayam Gumeno di Malam 23 Ramadan (1 -bersambung)

Berawal dari Sakitnya Sunan Dalem, Putra Ke-2 Sunan
Giri Tradisi atau ritual yang berkaitan dengan penyebaran
agama Islam di Gresik cukup
banyak. Sebagai kota yang
bergelar sebagai kota santri
dan kota wali, wajar kiranya
kalau ritual-ritual itu hingga kini tetap lestari. Salah
satunya adalah penyajian kolak ayam di desa Gumeno setiap malam 23 bulan Ramadan. Desa Gumeno, Kecamatan Manyar adalah potret desa khas petani
Tambak. Meski masuk sekitar
dua kilometer dari jalur utama
Pantura, kemakmuran
Gumeno sudah terlihat mulai
awal memasuki jalannya. Jalan permanen terbuat dari
beton selebar lebih kurang 3.5
meter terhampar hingga pintu
gerbang desa yang artistik.
Memasuki perkampungannya
akan menjumpai rumah- rumah permanen dengan
lapisan keramik dengan
warna-warna ramai, khas
selera warga pesisir. Semua
jalan dan gang di dalam
perkampungan telah dibeton permanen. Sebagian lelaki
dewasa banyak yang
merantau mencari penghasilan
di berbagai bidang. Yang
paling banyak menjadi pelaut. Desa Gumeno pada
awalnya bernama Desa Qumna yang berarti Golonganku. Nama tersebut pemberian dari Sunan Dalem, putra ke-2 Sunan
Giri sebagai tokoh dan cikal bakal desa tersebut. Setelah
melewati fase metamorfosis
verbal dalam kurun waktu
lama, kemudian lebih populer dengan sebutan Gumeno. Desa yang sekarang cukup padat ini menyimpan
tradisi klasik seputar
pernyebaran agama Islam di
Gresik, khususnya di daerah
tersebut. Tradisi tersebut
hingga kini tetap lestari dan dilakukan penduduk
setempat dari tahun ke tahun.
Salah satunya upacara khas
sajian kolak ayam menjadi
tradisi rutin setiap malam
ke-23 Puasa Ramadhan. Menjadi aneh dan unik
pasalnya selama ini masakan
yang bernama kolak identik
dengan menu sela sebelum
memasuki menu utama. Kolak
identik dengan minuman manis bersantan, berisi aneka
buah seperti pisang, kolang-
kaling, waluh, ataupun ketela.
Tetapi yang namanya kolak
ayam khas Gumeno memang
lain dari yang lain. Meski tetap menyisakan identitas kolak,
sebagai masakan yang manis,
cara makan dan penyajiannya
berbeda. Kolak ayam lebih
berfungsi sebagai sayuran
pelengkap makan besar. Kolak ayam akan dipadu
dengan ketan untuk
melahapnya. Sementara
bumbu-bumbunya lebih
banyak rempah-rempah
antara lain, jinten, tumbar, sereh, dan pelengkap lainnya.
Kenapa tradisi yang sederhana
itu bisa lestari hingga kini.
Bahkan dari tahun ketahun
pengunjung acara itu dari luar
desa dan daerah lain semakin banyak? Menurut H Mochtar,
tokoh masyarakat dan ulama
Gumeno yang paling
memahami sejarah ritual acara
tersebut, banyak manfaat
yang tidak kasatmata yang dipercaya menjadi daya tarik
acara penyajian kolak ayam
ini. Bagaimaan sejarah dan asal
muasal tradisi kolak ayam ini,
menurut Mochtar Asj\'ari,
semua perawal dari ketokohan putra kedua Sunan
Giri yang berjuluk Sunan
Dalem, pemberi nama desa
Gumeno. Semua berawal dari
sakitnya Sunan Dalem seusai
membangun sebuah Masjid di desa tersebut. Karena sudah
berbagai upaya pengobatan
dilakukan tetapi tidak
membawa hasil, maka sunan
dalem memerintahkan kepada
penduduk setempat untuk berkumpul dan
memerintahkan memasak
kolak ayam tersebut. Uniknya
Sunan Dalem memerintahkan
yang memasak para
penduduk pria saja. Setelah memakan kolak ayam
bikinan warga, ajaib sakit Sunan Dalem langsung
sembuh . (*)

sumber : www.jawapos.co.id
(26/11/2001)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar