Kamis, 11 Agustus 2011

Tradisi Kolak Ayam Gumeno di Malam 23 Ramadan (3 - Habis)

Berkah Tahunan bagi Tukang
Parkir dan Ojek Berdasarkan
perhitungan warga Gumeno , tradisi kolak ayam di malam 23 Ramadan, sudah
diselenggarakan untuk ke-550
kalinya tahun ini. Sejauh ini
antusiasme warga setempat
untuk terus melaksanakan
masih besar. Bahkan mereka terkesan bangga dengan
tradisi yang akhirnya menjadi
ciri khas desa mereka. Jika
mengacu pada risalah yang
dibuat Haji Mochtar, dimana Masjid Gumeno dibangun
tahun 1451 Masehi, maka tradisi kolak ayam akan
menjadi ke-550 kali. Pasalnya
tradisi ini tidak pernah
terlewat sekalipun sejak
pertama dilakukan.
Antusiasme penduduk setempat menyambut acara
ini cukup membanggakan.
Sebagian besar warga desa
tahu desanya populer di
daerah lain berkat acara Kolak
Ayam ini. Dan itu menjadi kebanggaan tersendiri bagi
mereka. Salah seorang warga,
Muhammad Qhudori, yang
sudah berusia 64 tahun,
memaparkan setiap tahun,
saat acara tersebut digelar, ratusan bahkan ribuan tamu
dari luar daerah, mendatangi
Gumeno. Tujuannya cuma
satu, ikut merasakan kolak
ayam pada malam ke-23
Ramadan. "Kalau saya sendiri sudah biasa merasakan kolak
ayam itu. Tapi memang
banyak tetangga yang
menyatakan bahwa setelah
makan kolak ayam ada
perasaan lain, rasa tenteram dan tubuh menjadi sehat."
Penduduk Gumeno yang lain,
Ny. Muhammad, mengaku
bangga kalau saat perayaan
kolak ayam. Sebab desa akan
semarak karena kehadiran banyak tamu, yang tidak
jarang para pejabat dari
Bupati hingga pejabat penting
lainnya. Lain lagi penuturan
Muhammad Matari, 40 tahun,
pengurus Masjid Jami' Sunan Dalem (bukan Masjid Jami'
Gumeno, seperti kemarin).
Bahwa kolak ayam kalau
dimakan di masjid rasanya
lain, demikian pula
khasiatnya. Hal ini sangat dipercaya warga. Dalam
perkembangannya kolak
ayam memang telah menjadi
tradisi masyarakat Gumeno
secara keseluruhan. Karena
pengunjung acara ini selalu membludak dan biasanya para
tamu adalah saudara ataupun
teman penduduk setempat,
maka hampir setiap rumah
pada tradisi malam ke-23 juga
ikutan masak kolak ayam. Bagi yang tidak kebagian di
masjid atau memang sungkan
datang ke masjid, mereka
mengkonsumsi kolak ayam di
rumah. Kalau perayaan itu
tiba, salah satu yang ikut panen rejeki adalah para
pemuda. Mereka
mengusahakan parkir yang
uangnya nanti diperuntukan
kas Karang Taruna maupun
masjid. Demikian juga dengan tukang ojek. Jarang antara
jalan besar ke Desa Gumeno sekitar 2 km , akan lebih efisien jika ditempuh dengan
ojek bagi yang tidak
membawa kendaraan pribadi.
"Biasanya pengunjung
mencapai ribuan orang mas..
ya kita panen penumpang kalau mujur, sekali angkut
Rp. 1.500,-" aku salah seorang
yang mangkal di ujung desa.
Sementara itu Bupati Gresik,
Robbach Ma'sum menanggapi
tradisi kolak ayam ini sebagai suatu aset wisata yang
potensial bagi Gresik. "Tradisi
Kolak Ayam ini suatu ketika
bisa diangkat sebagai menu
masakan khas Gresik.
Sedangkan kalau dikembangkan menjadi aset
wisata budaya bisa tapi masih
perlu pembenahan lebih
lanjut." ujar Bupati didampingi
Kabag Humas Didik H. Sujoko,
SH. Sumber : www.jawapos.co.id tanggal
28 Nopember 2001.

SUMBER: http://www.jatimmall.com/kab/
index_kab.html?xpmd=25

Tidak ada komentar:

Posting Komentar